Pages

Rabu, 16 November 2016

Memperlambat







Lampu lintas ada 3: merah, kuning, dan hijau. Kita semua tahu itu. Merah adalah berhenti, hijau artinya jalan. Lampu kuning? Dalam praktiknya, sering kali kuning artinya tancap gas agar lampu tidak sampai berganti merah. Jika kita tidak buru-buru, saat melihat lampu menyala kuning, saya kadang memperlambat kendaraan. Apa akibatnya? Hal itu kadang justru membuat kendaraan di belakang saya marah. Tapi, harus diakui, kadang saya sendiri jika sedang buru-buru juga kesal jika pengemudi lain berbuat serupa dan menghalangi saya yang ingin segera melaju sebelum lampu berganti merah.

Berlambat-lambat saat kita sedang sangat ingin melakukan sesuatu tampaknya bukanlah hal yang populer, bahkan orang mungkin akan mengatakannya tindakan bodoh. Namun, hal itulah yang seharusnya dilakukan. Lambat untuk berkata-kata, lambat untuk marah, tapi cepat untuk mendengar. Saat mengalami atau menghadapi sesuatu yang tak menyenangkan, marah dan melontarkan berbagai ucapan bahkan caci maki adalah keinginan kita. Sementara mendengarkan adalah satu hal yang paling tidak kita mau.

Bukan berarti marah adalah dosa. Bukan berarti pula bahwa kita dilarang berkata-kata saat kesal. Poinnya adalah memperlambat. Inilah yang sesungguhnya akan menghindarkan kita dari dosa dan akibat-akibat buruk lainnya. Banyak kecelakaan terjadi hanya karena orang justru ngebut saat lampu kuning. Banyak korban tertabrak kereta hanya karena tak mau memperlambat kendaraan saat sinyal kereta api muncul. Banyak masalah, konflik, perpecahan, kesalahpahaman, atau kepahitan bisa kita hindari asal kita mau memperlambat saat emosi mendorong kita meledak, marah dan menuduh macam-macam. Ya, bersabat itu bukan tidak pernah atau dilarang marah. Bersabar pada dasarnya hanya kemampuan memperlambat. Saat kita memperlambat, kita bisa mendengarkan, dan sering kali dari situ kita akan bisa melihat sesuatu secara lebih luas, sheingga kita pun sadar bahwa ternyata bukan amarah dan caci maki yang bisa memperbaiki situasi atau orang itu. Cobalah!





Bersabar adalah memperlambat saat dorongan keinginan dan hawa nafsu ingin kita lebih cepat.


Sabtu, 12 November 2016

Menghitung Mundur







Tikker. Ini bukan sekadar merk arloji biasa. Tikker adalah sebuah jam tangan yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan menghitung mundur setiap detik yang tersisa dari kehidupan pemakainya hingga dia meninggal nanti. Setiap sisa hidup si pemakai akan terlihat di jam tangan tersebut. Sebelumnya, pemakai harus mengisi kuesioner pribadi pada riwayat kesehatan mereka, harapan hidup, dan rata-rata kematian manusia. Dari hasil tersebut, penghitungan mundur kematian dimulai. Tentu saja akurasinya tidak mungkin tepat, sebab yang menetukan mati tidaknya kita adalah Tuhan, bukan Tikker. Namun ada pesan penting yang hendak disampaikan oleh Fredrik Colting, pencipta jam Tikker, "Saya pikir kita akan memiliki kehidupan yang lebih baik, membuat pilihan lebih baik, jika kita sadar dan tahu hidup kita akan berakhir, itulah yang ada dalam perspektif kita. Hal-hal yang kecil bisa sangat berharga, jika kita melihat jam tangan ini."

Salomo mengatakan dengan bijak, "Pergi ke rumah duka lebih baik daripada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya." Ketika kita berada di rumah duka, kita diingatkan bahwa sesungguhnya setiap orang tidak bisa menghindar dari kematian. Pada saat umur kita bertambah, sebenarnya "masa kontrak" kita di dunia ini berkurang. Kita sedang menghitung mundur!

Jika kita memikirkan hal ini, maka kita akan lebih bijak dalam menggunakan waktu. Tidak menyia-nyiakan, membuangnya, atau memboroskannya untuk hal-hal yang tidak penting. Semakin kita memikirkan bahwa waktu kita terus berkurang dan tinggal sedikit, sudah seharusnya kita mulai menata hidup dan membuat prioritas hidup yang tepat. Pikirkan kehidupan rohani kita dan hubungan kita dengan Tuhan, Sang Pemberi Waktu. Renungkan bagaimana relasi kita dengan keluarga, sahabat dan sesama. Bagaimana tanggung jawab kita dalam emmberi makna kehidupan, dsb. Kita akan menjalani hidup dengan cara yang berbeda jika kita menganggapnya seolah-olah ini adalah hari terakhir dalam hidup kita.



Pada saat umur kita bertambah, sebenarnya "masa kontrak" kita di dunia ini berkurang.



(taken from Spirit RH, Jan 2016)

Selasa, 08 Maret 2016

Negara Tanpa Ayah







Data Anak-Anak Internasional PBB menyatakan bahwa sekitar 50% anak kulit putih yang lahir di Amerika Serikat akan menghabiskan sebagian masa kanak-kanaknya dalam keluarga dengan ibunya saja. Bagi anak kulit hitam, persentasenya bahkan sekitar 80%! Tidak heran kalau USA Today menyebut Amerika Serikat sebagai "negara nomor satu keluarga tanpa ayah sedunia"! Apakah akibat dari keluarga tanpa ayah ini? Survei Gallup di Amerika Serikat berpendapat bahwa 80% masalah sosial, kriminal, amoralitas, disebabkan karena "ketidakhadiran sosok ayah di rumah". Betapa besar pengaruh seorang ayah dalam keluarga!

Seorang anak memang tidak akan mengatakan secara langsung bahwa hidup mereka menjadi kacau berantakan karena tidak adanya ayah. Beberapa dari antara mereka bahkan merasa bisa bersikap independen dan mengatakan bahwa ayah tidaklah penting bagi mereka. Namun, jauh dari kedalaman hati mereka, mereka tetap saja membutuhkan kehadiran ayah. Ketidakhadiran sang ayah dari kehidupan mereka merupakan tragedi yang menghancurkan kehidupan mereka dan masa depan mereka. Selain masalah sosial, kriminalitas, maupun amoralitas, ketidakhadiran ayah juga membuat anak menjadi pesimis, memiliki sikap yang lemah, dan gampang menyerah kalah. Tak heran kalau ketidakhadiran ayah dalam kehidupan anak, membuat anak lebih sulit melihat masa depan.

Memang kita tidak tinggal di Amerika yang dijuluki "negara nomor satu keluarga tanpa ayah sedunia". Namun, toh jumlah anak yang dibesarkan tanpa ayah di Indonesia juga banyak, bahkan tiap tahun jumlahnya terus meningkat. Bukan tidak mungkin, apa yang terjadi di Amerika sana bisa saja terjadi di Indonesia. Melihat hal tersebut, kita harus benar-benar memperhatikan betapa sakralnya sebuah pernikahan. Perceraian tidak hanya sekandar mengandaskan sebuah pernikahan, tapi hal itu juga berarti bahwa anda juga sedang menciptakan anak-anak yang rapuh.



80% masalah sosial, kejahatan, amoral disebabkan karena ketidakhadiran ayah.


Selasa, 08 Oktober 2013

Blak-Blakan







"Daripada berhadapan dengan orang yang bermuka dua yang plin-plan, tidak tulus dan suka cari muka, lebih baik saya berhadapan dengan orang yang blak-blakan dan apa adanya." Kita sering mendengar ucapan seperti itu. Memang sikap jujur, terbuka, terus terang dan blak-blakan jauh lebih positif dibandingkan sikap bermuka dua. Namun kita juga perlu ingat bahwa seringkali niat kita untuk bersikap terbuka, terus terang dan blak-blakan itu justru menuai masalah, sakit hati, dan perselisihan. Blak-blakan itu boleh-boleh saja, namun alangkah baiknya jika itu disampaikan dengan penuh hikmat.

Seorang wanita sedang memilih-milih sepatu dan seorang pelayan toko berusaha membantu wanita tersebut memilihkan sepatu yang pas. Namun, setelah sekian lama masih sulit juga menemukan sepatu yang pas. Setelah mengetahui masalahnya, pelayan toko itu berkata dengan jujur dan terus terang, "Maaf Bu, saya tidak dapat menemukan sepatu yang cocok untuk anda karena kaki anda besar sebelah." Mendengar kata-kata tersebut, kontan saja wanita tersebut marah besar. Kebetulan sang manajer mengetahui hal tersebut dan ia segera turun tangan untuk melayani wanita tersebut.

Ajaibnya, wanita tersebut reda amarahnya, bahkan akhirnya melakukan penjualan. Si pelayan toko menjadi heran dan akhirnya bertanya kepada manajer, "Saya mengatakan hal yang sama dan wanita itu tersinggung." Manajer itu menjawab, "Tidak sama. Saya berkata kepadanya kalau sepatu yang dia pilih terlalu besar dan dia harus memilih sepatu yang model dan ukurannya spesial."

Manajer tersebut melakukan hal yang sama dengan pelayan toko itu, yaitu bersikap terus terang. Namun ketika dia menggunakan kalimat yang tepat, maka hasilnya bisa berbeda jauh. Kita bisa belajar bahwa bersikap terus terang dan blak-blakan itu sah-sah saja, tapi usahakan diri kita memilih kalimat atau kata-kata yang lembut. Praktikkan hal ini, maka kita tidak perlu kompromi dengan hal yang salah dan pada saat yang bersamaaan kita bisa menegur dan menasihati tanpa menimbulkan luka hati pada orang yang menerimanya. Seni berkomunikasi seperti ini sangat dibutuhkan dalam hubungan rumah tangga, keluarga, bahkan dalam kehidupan kita sehari-hari.


Berterus terang atau blak-blakan tidak selalu berarti menimbulkan luka hati bagi orang yang mendengarnya.


Sabtu, 08 Juni 2013

Anak Lelaki Bernama 'Luke'








Di sebuah kota di California, tinggal seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun yang bernama Luke. Luke gemar bermain bisbol. Ia bermain pada sebuah tim bisbol di kotanya yang bernama Little League. Luke bukanlah seorang pemain yang hebat. Pada setiap pertandingan, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kursi pemain cadangan. Akan tetapi, ibunya selalu hadir di setiap pertandingan untuk bersorak dan memberikan semangat saat Luke dapat memukul bola maupun tidak.

Kehidupan Sherri Collins, ibu Luke, sangat tidak mudah. Ia menikah dengan kekasih hatinya saat masih kuliah. Kehidupan mereka berdua setelah pernikahan berjalan seperti cerita dalam buku-buku roman. Namun, keadaan itu hanya berlangsung sampai pada musim dingin saat Luke berusia tiga tahun. Pada musim dingin, di jalan yang berlapis es, suami Sherri meninggal karena mobil yang ditumpanginya bertabrakan dengan mobil yang datang dari arah berlawanan. Saat itu, ia dalam perjalanan pulang dari pekerjaan paruh waktu yang biasa dilakukannya pada malam hari.

"Aku tidak akan menikah lagi," kata Sherri kepada ibunya. "Tidak ada yang dapat mencintaiku seperti dia". "Kau tidak perlu meyakinkanku," sahut ibunya sambil tersenyum. Ia adalah seorang janda dan selalu memberikan nasihat yang dapat membuat Sherri merasa nyaman. "Dalam hidup ini, ada seseorang yang hanya memiliki satu orang saja yang sangat istimewa bagi dirinya dan tidak ingin terpisahkan untuk selama-lamanya. Namun jika salah satu dari mereka pergi, akan lebih baik bagi yang ditinggalkan untuk tetap sendiri daripada ia memaksakan mencari penggantinya."

Sherri sangat bersyukur bahwa ia tidak sendirian. Ibunya pindah untuk tinggal bersamanya. Bersama-sama, mereka berdua merawat Luke. Apapun masalah yang dihadapi anaknya, Sherri selalu memberikan dukungan sehingga Luke akan selalu bersikap optimis. Setelah Luke kehilangan seorang ayah, ibunya juga selalu berusaha menjadi seorang ayah bagi Luke.

Kamis, 06 Juni 2013

Sang Gadis Penyendiri







Telanjang kaki dan kotor, si gadis hanya duduk dan mengamati orang-orang lewat. Ia tak pernah mencoba untuk berbicara, ia tak pernah mengatakan sepatah kata pun. Banyak orang berlalu, tetapi tak seorang pun berhenti. Hari selanjutnya saya memutuskan untuk pergi kembali ke taman, penasaran jika sang gadis kecil masih berada di situ. Tepat di tempat yang sama ketika ia berada di hari kemarin, ia duduk di tempat yang agak tinggi dengan wajah termurung di matanya.

Hari ini saya melakukan gerakan pertama saya dan berjalan menghampiri si gadis kecil. Seperti yang kita semua tahu, sebuah taman penuh dengan orang asing bukanlah tempat yang baik untuk anak kecil bermain sendiri. Sebagaimana saya mulai berjalan menghampiri dirinya, saya bisa melihat di balik pakaian si gadis kecil punggungnya memiliki kelainan. Saya merasa itulah alasan orang-orang hanya melewatinya saja dan tidak melakukan apapun untuk menolong. Sebagaimana saya mendekat, si gadis kecil memalingkan matanya untuk menghindari pandangan saya yang intens. Saya bisa melihat bentuk punggungnya lebih jelas. Bentuknya sangatlah bungkuk.

Saya tersenyum kepadanya agar ia tahu bahwa itu baik-baik saja. Saya berada di situ untuk menolong, untuk berbicara dengannya. Saya duduk di sampingnya dan membuka percakapan dengan Hello yang sederhana. Si gadis kecil terlihat terkejut dan dengan gagap mengucapkan "hai" setelah menatap lama kedua mata saya. Saya tersenyum dan ia dengan malu-malu tersenyum kembali. Kami berbicara hingga hari menjadi gelap dan taman pun menjadi kosong melompong. Semua orang telah pergi dan kami pun akhirnya tinggal berdua saja.

Saya bertanya kepada si gadis kecil mengapa ia sangat begitu sedih. Si gadis kecil melihat kepada saya dan dengan wajah sedih berkata, "Karena saya berbeda." Saya dengan cepat berkata, "Anda memanglah begitu!" dan tersenyum. Si gadis kecil terlihat lebih kecil, ia berkata, "Ya, anda pun tahu."

 "Gadis kecil," ujar saya, "Anda mengingatkanku kepada seorang malaikat, manis dan lugu."

 Ia menatap saya dan tersenyum, dengan pelan ia berdiri, dan berkata, "Benarkah?"

 "Ya sayang, kamu seperti malaikat penjaga kecil yang dikirimkan untuk mengamati setiap orang yang berjalan lalu."

Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum, kemudian tiba-tiba ia melebarkan kedua sayap di balik punggungnya dan berkata, "Memang. Sayalah malaikat penjaga anda," dengan sebuah kerlipan di matanya. Saya tak bisa berkata apa-apa. Sudah pasti saya baru saja melihat hal yang ajaib. Katanya, "Anda telah berpikir bagi orang lain daripada diri anda sendiri. Tugas saya di sini telah selesai."

Lalu, saya pun langsung berdiri dan bertanya, "Tunggu, lalu mengapa tak seorang pun berhenti untuk menolong seorang malaikat?" Ia menatap saya dan tersenyum, "Andalah satu-satunya yang dapat melihat saya, dan anda mempercayai itu dalam hati anda." Dan ia pun pergi. Dan dengan itu hidup saya pun berubah dramatis. Maka, ketika anda berpikir bahwa anda hanya memiliki diri anda sendiri, ingatlah, ada penghuni Surgawi yang selalu mengamati anda.




Anda tidak sendirian.
Ada hal besar yang tak terlihat oleh mata mendampingi hidup anda.


Rabu, 05 Juni 2013

Kekuatan Kasih







Pada suatu hari ada seseorang bertanya, "Mengapa ada beberapa orang yang mampu melewati badai cobaan paling dahsyat dalam hidupnya dan tetap berdiri tegar, sementara beberapa lainnya selalu mengeluh terus tentang setiap gangguan kecil dalam hidupnya dan akhirnya semakin terpuruk?"

Ramesh menjelaskan-nya dalam kisah yang sangat indah ini:

Suatu saat, hidup seorang yang sangat dipenuhi oleh roh kasih dalam hidupnya. Ketika ia meninggal, semua orang mengira bahwa manusia sepertinya pasti langsung masuk ke surga. Tetapi karena sesuatu dan lain hal, Malaikat di surga berbuat kesalahan. Ia kelewatan nama orang itu dan berpikir karena orang tersebut tidak terdaftar di surga, maka tempatnya adalah di 'tempat yang lain' dan ia pun langsung mengirimnya ke neraka!

Dan di neraka, tidak ada yang men-cek reservasi anda. Semua yang dibuang di sana adalah penghuni abadi. Jadi, begitulah orang tersebut tinggal tanpa membantah karena ia berpikir mungkin dia belum layak untuk tinggal di surga. Hanya seminggu kemudian, Raja Iblis pergi ke surga. Marah-marah menuduh bahwa Kerajaan Surga telah melakukan terorisme di neraka.

"Ada apa?" tanya Malaikat surga.

Sang Raja Iblis berteriak dengan murka. "Apa maksud kalian mengirim orang ini ke neraka. Dia benar-benar merusak tempatku. Sejak awal, dia tidak pernah membalas siapa pun yang menyakitinya. Malahan ia selalu mendengarkan, mengasihi dan menghibur yang lain. Sekarang semua penghuni di sekeliling orang ini mulai saling memeluk dan mengasihi satu dengan lainnya. Ini bukan neraka yang ku-kehendaki. Ini orangnya aku kembalikan, aku tidak perduli. Pokoknya aku tidak bisa menerimanya di kerajaan-ku!"

Dan Ramesh menutup ceritanya dengan berkata, "Maka, hiduplah dengan penuh cinta dan kasih dalam hatimu, sehingga apa pun yang terjadi denganmu, sampai sekalipun malaikat melakukan kesalahan dan mengirim-mu ke neraka, Sang Iblis sendiri yang akan mengantarmu kembali ke surga."

Selasa, 04 Juni 2013

Kisah Ratu Victoria







Tuhan masih bekerja, dan Ia bekerja dengan berbagai cara, besar ataupun kecil. Billy Graham pernah menulis sebuah cerita, "Kereta ekspres Inggris membelah malam, lampu besarnya yang terang menyinari malam. Ratu Victoria menjadi penumpang kereta itu. Tiba-tiba teknisi melihat sesuatu yang mengejutkan. Di tengah cahaya lampu kereta tampak sosok asing yang mengenakan jubah hitam sedang berdiri di tengah rel dan melambaikan tangannya.

Teknisi menyambar rem dan menghentikan kereta api itu dengan mendadak. Ia dan rekan-rekannya turun dari kereta untuk melihat apa yang telah menghentikan mereka. Namun, mereka tidak dapat menemukan jejak sosok asing tadi. Mengikuti perasaannya, teknisi itu lalu berjalan beberapa meter menyusuri rel. Tiba-tiba ia berhenti dan menatap kabut dengan ngeri. Sebuah jembatan yang akan mereka lewati tiba-tiba rubuh di hadapan mereka. Jembatan itu tercebur ke dalam sungai yang deras.

Seandainya teknisi tadi tidak memperhatikan sosok seperti hantu itu, kereta apinya akan tercebur ke dalam sungai. Setelah jembatan dan rel itu diperbaiki, para pekerja melakukan pencarian lebih seksama terhadap orang asing pengibar bendera tersebut. Akan tetapi, setelah sampai di London barulah mereka memecahkan misteri tersebut. Di dasar lampu besar kereta, teknisi menemukan seekor ngengat besar yang sudah mati. Ia memeriksanya sejenak, kemudian mengikuti dorongan hatinya. Ia membasahi sayapnya dan menempelkannya di kaca lampu. Ia naik kembali kereta, menyalakan lampu dan melihat si "Pengibar bendera" di tengah cahayanya, seperti yang dilihatnya beberapa detik sebelum kereta sampai di jembatan yang hanyut.

Dalam kabut ia tampak seperti sosok hantu yang melambai-lambaikan lengannya. Ketika Ratu Victoria diberi tahu tentang kejadian aneh tersebut, ia mengatakan, "Saya yakin itu bukan suatu kebetulan. Itu adalah cara Tuhan melindungi kita." Tidak, sosok yang dilihat oleh teknisi di cahaya lampu itu memang bukanlah sosok malaikat... namun demikian, Allah sangat mungkin melalui pelayanan malaikat-malaikatNya yang tidak nampak, telah meletakkan ngengat itu di kaca lampu tepat di saat dan di tempat yang diperlukan.

Sabtu, 25 Mei 2013

Lifetime






Hampir kebanyakan barang elektronik memiliki usia hidup atau yang lebih dikenal dengan istilah lifetime. Misalnya, kamera yang sering kita gunakan ternyata memiliki lifetime tersendiri, rata-rata memiliki usia hidup 100.000 jepretan. Televisi LCD memiliki usia sekitar 30.000 jam. Lampu juga memiliki usia sekitar 5.000 jam. Itu sebabnya tidak ada barang elektronik yang memberi garansi seumur hidup karena memang segala sesuatu ada batas usianya.

Hal menarik lainnya yang perlu kita tahu adalah, cara kita menggunakan dan merawat barang-barang elektronik tersebut juga sangat menentukan apakah perangkat elektronik tersebut sudah rusak sebelum waktunya, atau bisa berumur lebih panjang dari seharusnya.

Manusia juga punya usia hidup atau lifetime. Harapan hidup manusia masa kini sekitar 60-70 tahun, bahkan tak jarang kita menemui orang-orang yang meninggal sebelum waktu tersebut. Mengapa demikian? Bisa saja disebabkan karena kita memperlakukan tubuh kita secara asal-asalan, sembrono, sembarangan dan tidak memeliharanya dengan baik. Namun di luar itu, bisa juga karena memang Tuhan yang punya kehendak berbeda.

Nah, jika ingin perangkat elektronik kita berumur panjang, maka kita harus menjaga dan merawatnya dengan baik. Demikian juga kalau kita ingin umur kita panjang, maka kita harus menghargai kehidupan yang telah Tuhan percayakan ini dan memeliharanya dengan sungguh-sungguh. Mulai dari hal-hal kecil seperti berikut ini: berapa kali dalam seminggu kita berolahraga, apakah kita menjaga pola makan dan kebiasaan hidup yang sehat, apakah kita menjaga agar pikiran tidak stres sehingga akhirnya mengganggu kesehatan kita?




Cara kita memelihara tubuh kita menunjukkan apakah kita menghargai hidup sebagai anugerah dari Tuhan.


Rabu, 15 Mei 2013

Jujur = Hancur




Seorang raja hendak mewariskan kerajaannya kepada salah satu di antara lima anaknya. Untuk menentukan siapa yang paling tepat menggantikannya, raja tersebut membuat sayembara. Kelima pangeran diberi sebatang pohon yang harus dipanggul dari istana ke sebuah desa. Barangsiapa yang berhasil tiba lebih dulu di desa itu, maka dialah yang akan menjadi raja. Mereka semua bersemangat memanggul balok pohon yang berat itu. Satu jam kemudian mereka merasa kepayahan dan salah seorang dari antara mereka mulai curang. Ia memotong batang kayu tersebut sehingga menjadi pendek dan lebih ringan. Melihat kecurangan itu, yang lain juga tak mau kalah sehingga mereka ikut-ikutan curang. Hanya si bungsu yang ngotot dengan pendiriannya untuk tak bersikap curang. Akibatnya bisa ditebak, si bungsu terseok-seok dan tertinggal jauh.

Sampailah si bungsu di jurang yang memisahkan kerajaan dan desa tersebut. Ia melihat semua saudaranya termangu-mangu di bibir jurang karena batang kayunya tidak cukup panjang untuk menjadi jembatan akibat sudah mereka potong sebelumnya. Tidak ada jembatan untuk bisa menyeberang ke desa tersebut kecuali menggunakan batang kayu utuh yang memang sudah diukur raja agar bisa menjadi jembatan. Kejujuran akhirnya menang dan kecurangan berakhir dengan kekalahan.

Dalam bahasa Jawa, ada ungkapan bernada satir, jujur berarti ajur (ajur = hancur). Demikian juga dalam bahasa Jawa ada ungkapan yang berkata, "Zaman edan yen ora ngedan ora keduman." Artinya, di zaman yang bobrok dan penuh kecurangan ini banyak orang ikut menghalalkan segala cara. Namun, firman Tuhan mengingatkan agar kita hidup di dalam kejujuran, kesetiaan, dan memiliki integritas. Sekalipun banyak orang hidup dalam kecurangan, jangan pernah kita menjadi larut dengan dunia dan ikut-ikutan melakukannya. Yakinlah bahwa kebenaran dan kejujuran tak akan pernah kalah oleh kecurangan. Setiap tindakan kejujuran yang kita hari ini pasti akan kita tuai suatu hari nanti. Demikian juga kecurangan yang kita lakukan hari ini pasti akan memunculkan akibat di kelak kemudian hari.


Jujur bukan berarti ajur. Jujur justru mujur!


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...