Pages

Sabtu, 27 April 2013

Seorang yang Bijaksana







Pada suatu hari ada seorang pemimpin paduan suara yang hendak memimpin paduan suaranya untuk menyanyikan lagu-lagu yang telah disiapkan di depan para hadirin yang memenuhi gedung konser. Jumlah anggota paduan suaranya kurang lebih 15 orang saja. Ketika mereka mulai menyanyi, sang pemimpin mulai merasakan suasana yang tidak enak. Ternyata ada yang fals. Karena fals, sang pemimpin paduan suara mulai diam dan mengamati. Namun, tidak ada lagi suara fals itu.

Kemudian, sang pemimpin bernyanyi lagi bersama-sama anggotanya, suara fals itu terdengar kencang. Sang pemimpin berhenti dan mengamati siapa biangnya? Namun, tidak lama kemudian ketahuan. Biangnya adalah sang pemimpin itu sendiri. Suara fals itu terdengar lantang karena sang pemimpin bernyanyi menggunakan pengeras suara. Ternyata, ketika sang pemimpin paduan suara berusaha mencari sumber masalah, dia sendirilah sumbernya.

Perumpamaan di atas mengingatkan kita untuk tidak menganggap diri sendiri selalu benar dan kemudian menyalahkan orang lain. Orang yang menganggap diri sendiri selalu benar pada akhirnya tidak mau belajar untuk berubah, padahal perubahan itu mutlak. Kalau seseorang tidak berubah, pada waktunya ia akan digilas oleh zaman dan tidak akan pernah menjadi pribadi yang lebih baik.

Seseorang yang menganggap dirinya bijak pastilah merasa tidak pernah salah. Kata 'sempurna' mungkin akan selalu dilekatkan pada dirinya, namun pada kenyataannya tidak ada manusia yang sempurna. Hanya satu pribadilah yang sempurna di dunia ini, yaitu Tuhan sendiri. Bijaksana memang harus dikejar. Namun, menganggap diri sendiri bijak sangatlah berbahaya. Ketika kita berpikir kita bijaksana, sesungguhnya itu adalah suatu kesombongan.

Sebelum kita melihat orang lain, kita perlu melihat diri sendiri dulu setiap saat. Belajar dari kesalahan juga mutlak dibutuhkan. Jangan menuduh orang lain terlebih dahulu sebelum berintrospeksi dan memeriksa diri sendiri. Jangan-jangan kita ini yang justru menjadi sumber masalahnya. Jangan sampai kita yang jadi malu sendiri nantinya.




Jangan menganggap diri bijak. Itulah bijak!


2 komentar :

  1. Wah, benar sekali, mbak. Jangan sampai merasa paling bijak. Terus introspeksi diri ^^

    BalasHapus
  2. kamu mencerahkan hidup saya thanks y ^_^ salam kenal dari samarinda

    BalasHapus

Share your feeling here

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...