Pages

Rabu, 24 November 2010

Pembeli Istimewa





Pada suatu hari, ketika Jepang belum semakmur sekarang, datanglah seorang pengemis ke sebuah toko kue yang mewah dan bergengsi untuk membeli kue manju (kue Jepang yang terbuat dari kacang hijau dan berisi selai). Bukan main terkejutnya si pelayan melihat pelanggan yang begitu tampak jauh sederhana di tokonya yang mewah dan bergengsi itu. Karena itu dengan terburu-buru si pelayan membungkus manju itu. Tetapi sebelum ia sempat menyerahkan manju itu kepada si pengemis, muncullah si pemilik toko dan berseru, “Tunggu, biarkan saya yang menyerahkannya!” Kemudian si pemilik toko menyerahkan kue itu sendiri pada si pengemis.

Si pengemis memberikan pembayarannya. Sembari menerima pembayaran dari tangan si pengemis, pemilik toko membungkuk hormat dan berkata, “Terima kasih atas kunjungan anda.”

Setelah si pengemis berlalu, si pelayan bertanya pada si pemilik toko, “Mengapa harus anda sendiri yang menyerahkan kue itu? Anda sendiri belum pernah melakukan hal itu pada pelanggan mana pun. Selama ini saya dan kasirlah yang melayani pembeli."

Si pemilik toko itu berkata, “Saya mengerti mengapa kau heran. Semestinya kita bergembira dan bersyukur atas kedatangan pelanggan istimewa tadi. Saya ingin langsung menyatakan terima kasih. Bukankah yang selalu datang adalah pelanggan biasa? Namun, pelanggan itu lain.”

“Mengapa lain?” tanya pelayan.

“Hampir semua dari pelanggan kita adalah orang kaya. Bagi mereka, membeli kue di tempat kita sudah merupakan hal biasa. Tapi orang tadi pasti sudah begitu merindukan manju kita sehingga mungkin ia sudah berkorban demi mendapatkan manju itu. Saya tahu, manju itu sangat penting baginya. Karena itu saya memutuskan ia layak dilayani oleh pemilik toko sendiri. Itulah mengapa saya melayaninya," demikian penjelasan sang pemilik toko.

***
Konosuke Matsushita, pemilik perusahaan Matsushita Electric yang terkemuka itu, menutup cerita tadi dengan renungan bahwa setiap pelanggan berhak mendapatkan penghargaan yang sama. Nilai seorang pelanggan bukanlah ditentukan oleh prestise pribadinya atau besarnya pesanan yang dilakukan. Seorang usahawan sejati mendapatkan sukacita dan di sinilah ia harus meletakkan nilainya.

(Dikutip dari artikel, Konosuke Matsushita, Food For Thought)

3 komentar :

  1. keren..keren...pelayanan yg bagus utk para pelanggan

    BalasHapus
  2. Inspiratif. Nice posting
    Dan memang kadang-atau bahkan selalu- kita merasa kasihan melihat orang yang lebih rendah dari kita melalui kacamata dunia, tapi bukankah lebih rendah menurut kita belum tentu menurut Tuhan?

    BalasHapus

Share your feeling here

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...